Belajar Aksara Ngalagena: Pengertian, Jumlah Huruf, dan Contoh Tulisan
Sabtu, Des 2024

Aksara Ngalagena-medium-
DailySports.ID - Aksara Ngalagena termasuk dalam salah satu Aksara lokal asli Indonesia. Aksara ini merupakan salah satu jenis dari Aksara Sunda. Tiga jenis Aksara lainnya, yakni Aksara Angka, Rarangken, dan Swara.
Meskipun terdiri dari huruf yang berbeda-beda, keempat aksara ini saling-melengkapi dalam penulisannya. Mempelajari keempat jenis aksara dalam Bahasa Sunda, dapat lebih memahamkan kamu mengenai bahasa daerah, karena keempatnya saling berkesinambungan.
Apa itu Aksara Ngalagena
Aksara ini dapat juga disebut sebagai aksara kuno, karena menjadi tulisan yang digunakan pada zaman dahulu. Huruf dalam Ngalagena berjumlah 18 konsonan yang dimiliki oleh Bahasa Sunda. Serupa dengan Aksara Jawa, aksara ini juga terdiri dari bunyi sesuai dengan kedudukan alat ucap.
Mulai dari bunyi guttural atau kerongkongan, palatal atau langit-langit, lingual atau lidah, dental atau gigi, dan labial atau bibir. Bunyi-bunyi tersebut adalah ka, ga, nga, ca, ja, nya, ta, da, na, pa, ba, ma, ya, ra, la, wa, sa, ha, fa, va, qa, xa, za, kha, dan sya.
Contoh Aksara Ngalagena
Mempelajari aksara dan Bahasa Sunda, dapat dilakukan melalui media apapun. Mulai dari buku hingga media digital seperti website dan aplikasi. Berikut adalah contoh penulisan Bahasa Indonesia yang diterjemahkan ke Bahasa Sunda latin, kemudian diterjemahkan ke aksara Sunda Ngalagena.
Aksara Ngalagena termasuk dalam jenis aksara Bahasa Sunda. Terdiri dari 18 bunyi konsonan. Penulisannya dapat dikombinasikan dengan jenis aksara Bahasa Sunda lainnya, seperti aksara swara, rarangken, angka, dan tanda baca.
Paman membangun rumah adat Jawa Barat
ᮙᮃᮙᮃᮀ ᮍᮃᮝᮃᮍᮥᮔ᮪ ᮄᮙᮃᮂ ᮃᮓᮃᮒ᮪ ᮏᮃᮝᮃ ᮘᮃᮛᮃᮒ᮪
Aku mencicipi makanan khas Jawa Barat
ᮊᮥᮛᮤᮀ ᮍᮃᮛᮃᮇᮞᮃᮔ᮪ ᮊᮃᮓᮃᮠᮃᮛᮃᮔ᮪ ᮮᮃᮞ᮪ ᮏᮃᮝᮃ ᮘᮃᮛᮃᮒ᮪
Kakak menyanyikan lagu daerah Jawa Barat
ᮜᮃᮔ᮪ᮎᮩᮊ᮪ᮔᮃ ᮔᮨᮙ᮪ᮘᮃᮀᮊᮩᮔ᮪ ᮜᮃᮌᮥ-ᮜᮃᮌᮥ ᮓᮃᮈᮛᮃᮂ ᮏᮃᮝᮃ ᮘᮃᮛᮃᮒ᮪
Senjata tradisional Jawa Barat adalah kujang
ᮞᮨᮔ᮪ᮏᮃᮒᮃ ᮒᮁᮃᮓᮤᮞᮤᮇᮔᮃᮜ᮪ ᮏᮃᮝᮃ ᮘᮃᮛᮃᮒ᮪ ᮑᮃᮆᮒᮃ ᮊᮥᮏᮃᮀ
Adik membeli alat musik tradisional
ᮃᮓᮤᮔᮃ ᮙᮩᮜᮤ ᮃᮜᮃᮒ᮪ ᮙᮥᮞᮤᮊ᮪ ᮒᮁᮃᮓᮤᮞᮤᮇᮔᮃᮜ᮪
Kami menonton tari tradisional Papua Tengah
ᮅᮛᮃᮀ ᮜᮃᮜᮃᮏᮧ ᮒᮃᮛᮤᮃᮔ᮪ ᮒᮁᮃᮓᮤᮞᮤᮇᮔᮃᮜ᮪ ᮕᮃᮕᮥᮃ ᮒᮨᮍᮃᮂ
Aku memperagakan senam lantai
ᮊᮥᮛᮤᮀ ᮔᮥᮔ᮪ᮏᮥᮊ᮪ᮊᮩᮔ᮪ ᮜᮃᮒᮤᮠᮃᮔ᮪ ᮜᮃᮔ᮪ᮒᮃᮄ
Gina berlatih lari jarak menengah
ᮌᮤᮔᮃ ᮘᮨᮛᮥᮔ᮪ᮓᮨᮖᮤᮔᮨᮓᮃᮒ᮪ ᮜᮃᮒᮤᮠᮃᮔ᮪ ᮍᮃᮏᮃᮜᮃᮔ᮪ᮊᮩᮔ᮪ ᮏᮃᮛᮃᮊ᮪ ᮒᮨᮍᮃᮂ
Suji menang dalam perlombaan renang gaya bebas
ᮞᮥᮏᮤ ᮙᮩᮔᮃᮀ ᮓᮤᮔᮃ ᮊᮧᮙ᮪ᮕᮨᮒᮤᮞᮤ ᮛᮨᮔᮃᮀ ᮌᮃᮚᮃ ᮘᮦᮘᮃᮞ᮪
Jenis-Jenis Aksara Sunda Lainnya
Selain Aksara Ngalagena, terdapat 3 aksara lainnya yang melengkapi penulisan aksara dalam Bahasa Sunda. Aksara-aksara tersebut dapat dituliskan menjadi satu apabila diperlukan. Berikut beberapa jenis aksara Bahasa Sunda lainnya.
1. Swara
Aksara swara merupakan aksara Bahasa Sunda yang memuat huruf-huruf vokal. Terdiri dari 7 bunyi vokal, yakni e, eu, a, i, u, é, dan o. Bunyi-bunyi tersebut dapat berada di awal, akhir, maupun tengah kalimat.
2. Rarangken
Apa itu aksara rarangken? Aksara ini adalah aksara pendamping tulisan Ngalagena. Mengingat, semua konsonan Aksara Ngalagena diikuti bunyi a. Apabila sebuah kata diikuti oleh huruf vokal lainnya, aksara ini dapat dilekatkan di atas, bawah, maupun sejajar dengan huruf konsonan.
Rarangken yang dilekatkan di atas konsonan, disebut sebagai panghulu (mengubah bunyi a menjadi i), pamepet (bunyi a menjadi e), paneuleung (bunyi a menjadi eu), panglayar (menambahkan bunyi r pada suku kata terakhir), dan panyecek (menambahkan bunyi ng pada suku kata terakhir).
Sementara, rarangken yang dilekatkan di bawah konsonan disebut sebagai panyuku (mengubah bunyi a menjadi u), panyakra (menambahkan bunyi r di pertengahan suku kata), panyiku (menambahkan bunyi l di pertengahan suku kata).
Rarangken yang dilekatkan sejajar dengan konsonan adalah penéléng (bunyi a menjadi é), panolong (bunyi a menjadi o), pamingkal (bunyi y ditambahkan di pertengahan suku kata), pangwisad (bunyi h ditambahkan pada suku kata terakhir), pamaéh atau patén (menghilangkan bunyi a pada suku kata).
3. Angka
Sama seperti Aksara Batak dan Aksara Bali, aksara ini juga memiliki istilah untuk angka. Mulai dari satu sampai sembilan, angka-angka dalam Bahasa Sunda disebut dengan enol, hiji, dua, tilu, opat, lima, genep, tujuh, dalapan, dan salapan.
Cara penulisan angka dalam Bahasa Sunda mirip dengan cara penulisan Aksara Arab, yakni ditulis secara berderet kiri ke kanan. Dalam tulisan Sunda, penulisan angka yang ditulis berurutan dapat ditambahkan dengan garis vertikal yang lebih tinggi dari aksara angka sebagai pembatas.
4. Tanda Baca
Tulisan Bahasa Sunda menggunakan jenis aksara apapun juga dapat memanfaatkan tanda baca untuk memperjelas makna. Jenis tanda bacanya pun tidak berbeda jauh dengan tanda baca dalam Bahasa Indonesia. Mulai dari tanda kutip (“...”), tanya (?), seru (!), titik dua (:), titik (.), dan koma (,).
Tanda baca dalam tulisan Sunda, tidak hanya berupa tanda baca untuk memperjelas tulisan saja. Melainkan, juga tanda baca untuk menambah kesan estetis. Bentuk-bentuknya pun cenderung terlihat seperti gambar dengan karakteristik lengkung dan kurung segitiga.
Tanda baca itu seperti bindu surya dan panglong untuk menandai naskah keagamaan, bindu purnama untuk menandai naskah-naskah sejarah atau pengganti tanda baca koma, bindu surya sebagai pengganti tanda baca titik, bindu cakra dapat dikombinasikan dengan purnama untuk koma.
Filosofis Aksara Sunda
Setiap daerah memiliki aksara khasnya masing-masing. Terciptanya sebuah aksara bukan semata-mata karena adanya tuntutan keperluan untuk memfasilitasi komunikasi lisan dan tertulis, tetapi juga merepresentasikan masyarakatnya, termasuk Aksara Ngalagena dari Sunda.
1. Berkaitan dengan Lingkungan Alam
Daerah Jawa Barat sebagai tempat bermukim masyarakat Sunda, terkenal dengan keasrian alamnya. Hal ini secara nyata tercermin dalam aksara-aksara mereka. Karakteristik aksara Sunda sebagian besar memiliki bentuk sebagaimana alam sekitar mereka.
Mulai dari sungai, pepohonan, gunung, hingga gelombang. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa keduanya memiliki hubungan yang erat. Masyarakat tidak dapat terlepas dari alam yang telah memberikan mereka berbagai kebutuhan untuk memenuhi hidup.
2. Sebagai Simbolisme
Tidak hanya itu, setiap huruf dalam Bahasa Sunda, termasuk Aksara Ngalagena juga mencerminkan simbol kehidupan masyarakat. Hal ini terdapat pada huruf na yang berarti ‘pohon pisang’ dan la yang berarti Pohon pisang yang sedang bertumbuh.’
3. Berkaitan dengan Kepercayaan Lokal dan Spiritualitas
Setiap aksara memiliki fungsi penggunaannya masing-masing. Dalam Bahasa Sunda, terdapat tulisan Sandangan Pamaesan yang biasa digunakan untuk menulis doa dan mantra. Penggunaan aksara yang dikhususkan untuk bidang keagamaan, menunjukkan bahwa hubungan erat antara keduanya.
Penggunaan aksara yang dikhususkan dalam bidang keagamaan ini, bertujuan untuk menjaga keseimbangan dunia metafisik dan fisik mereka. Dengan demikian, aksara tidak hanya berfungsi sebagai media komunikasi, tetapi juga sarana spiritual bagi masyarakat.
4. Mengandung Sistem Kepercayaan Masyarakat
Lebih lanjut, kepercayaan masyarakat mengenai keberuntungan, karma, hingga siklus hidup juga tercermin dalam pola penulisan aksara mereka. Mulai dari aksara dengan garis tegak lurus, garis miring, garis lengkung, horizontal, dan lain sebagainya.
5. Upaya untuk Menjaga Warisan Budaya dan Identitas
Banyaknya kehidupan masyarakat Sunda yang tercermin dalam bentuk-bentuk aksaranya juga termasuk sebagai upaya untuk memelihara warisan budaya dan identitas. Seiring berjalannya waktu, aksara apapun dapat tergerus oleh zaman.
Untuk mempertahankannya, pemerintah berusaha melakukan pemeliharaan melalui 5 strategi. Strategi tersebut meliputi penggunaan aksara Sunda dalam pendidikan, penamaan jalan, program rebo nyunda, anugerah budaya Kota Bandung, dan kasundaan oleh lembaga kemasyarakatan.
Contoh penulisan dalam aksara Sunda Ngalagena adalah Ibu memakai pakaian adat Jawa Barat ᮄᮘᮥ ᮙᮃᮊᮦ ᮘᮃᮏᮥ ᮃᮓᮃᮒ᮪ ᮏᮃᮝᮃ ᮘᮃᮛᮃᮒ᮪. Saat ini, aksara Bahasa Sunda sudah jarang digunakan oleh masyarakat, kamu bisa mempelajarinya melalui buku, website, atau aplikasi yang tersedia.