Aksara Lontara: Asal-usul, Bentuk, dan Contoh Kalimatnya

Aksara Lontara: Asal-usul, Bentuk, dan Contoh Kalimatnya

Aksara Lontara-infobudaya-

DailySports.ID - Aksara Lontara adalah Aksara yang berasal dari Bugis. Aksara ini biasa diaplikasikan oleh masyarakat Suku Bugis dan Makassar. Di Etnis Sulawesi Selatan, penggunaan Aksara ini tidak terbatas untuk menulis dokumen-dokumen penting.

Namun juga difungsikan untuk tulisan sehari-hari para sastrawan. Keberadaan aksara ini menggambarkan kekayaan budaya dan intelektual masyarakat Bugis dan Makassar, serta menjadi simbol identitas etnis yang kuat. Meskipun saat ini penggunaannya mulai berkurang.

Asal Usul Aksara Lontara

Ilustrasi Asal Usul Aksara Lontara
Ilustrasi Asal Usul Aksara Lontara-Kompas-

Berdasarkan sejarah yang ada, aksara ini diciptakan oleh Syahbandar yang pernah menjabat sebagai Menteri di Kerajaan Gowa ketika pemerintahan Raja Gowa ke-9, yakni Daeng Pamatte. Saat itu, Kerajaan Gowa dan Kerajaan Gowa Tallo belum Bersatu. 

Aksara Bugis Lontara diciptakan untuk memfasilitasi pemerintahan kerajaan yang saat itu ingin menuliskan ucapan-ucapannya dan kejadian di masa itu. Hingga akhirnya, aksara ini tidak hanya mampu menjembatani penulisan hal-hal penting, tetapi juga menjadi warisan ilmu pengetahuan.

Sebelum namanya menjadi Lontara seperti sekarang, aksara ini dulunya dikenal sebagai aksara Jangang-Jangang (burung) atau Lontara Toa. Perubahan tersebut tampak ketika Islam dianggap sebagai agama resmi oleh Kerajaan Gowa. 

Perubahan ini tidak hanya terjadi pada nama aksara saja, tetapi juga huruf-huruf yang ada di dalamnya. Beberapa huruf mengalami perkembangan dan pengaruh dari agama Islam, sehingga memiliki bentuk sebagaimana aksara Arab. 

Makna Nama Aksara Lontara

Ilustrasi Makna Nama Aksara Lontara
Ilustrasi Makna Nama Aksara Lontara-liputanindo-

Nama aksara ini adalah istilah dari Bahasa Bugis. Terdiri dari kata raung bermakna ‘daun’ dan taq bermakna ‘lontar.’ Jika digabung, istilah tersebut bermakna ‘daun lontar.’ Penamaan ini terinspirasi dari sejarah penulisan pada zaman dahulu. 

Di mana masyarakat belum menggunakan kertas, tetapi daun lontar berukuran lebar 1 cm dan panjang tertentu (bergantung isi tulisan). Daun kemudian disambung atau disatukan menggunakan benang. Kemudian digulung dengan cara dijepit pada kayu.

Bentuk Aksara Lontara

Ilustrasi Bentuk Aksara Lontara
Ilustrasi Bentuk Aksara Lontara-Okezone-

Bentuk aksara ini cukup unik karena tidak seperti Aksara Jawa yang biasa mengombinasikan bunyi konsonan dan vokal dalam penulisannya. Dalam Aksara Bugis Lontara, huruf konsonan untuk mematikan vokal tidak dituliskan. Berikut beberapa huruf pada Aksara Bugis Lontara.

1. Angka

Secara keseluruhan, angka pada aksara ini cenderung memiliki bentuk siku, sehingga banyak ditemukan sudut-sudut pada setiap angka. Beberapa angka memiliki bentuk persegi 3 sisi, beberapa lainnya memiliki bentuk belah ketupat hingga infinity persegi.

2. Abugida dan Vokal

Abjad dalam Aksara Bugis Lontara disebut sebagai tulisan abugida dengan 23 aksara dasar di dalamnya. Aksara-aksara tersebut tidak disebut sebagai konsonan, karena terdiri dari 2 hingga 3 huruf. Bentuk abugida tersebut tidak berbeda jauh dengan bentuk angkanya.

Banyak dipenuhi oleh sudut dan garis miring. Tulisan abugida itu diantaranya adalah KA, GA, NGA, NGKA, PA, BA, MA, MPA, TA, DA, NA, NRA, CA, JA, NYA, NCA, YA, RA, LA, WA, SA, A, HA. Sementara huruf-huruf vokal Aksara Bugis Lontara diantaranya adalah ɔ, i, u, e, ə, dan o.

3. Tanda Baca

Jika biasanya dalam Aksara Murda digunakan sandhangan untuk mengubah bunyi, Aksara Bugis Lontara menggunakan tanda baca pallawa atau passimbang untuk pemisah antar bagian dalam kalimat atau paragraf dan penanda akhir bagian untuk menunjukkan akhir kalimat. 

Keduanya memiliki bentuk yang cukup unik. Tanda pallawa memiliki tiga titik yang dijajar miring dari sudut kiri atas ke kanan bawah, sedangkan penanda untuk akhir bagian adalah huruf ‘y’ dalam Bahasa Indonesia yang ditumpuk secara vertikal. 

Contoh Kalimat Aksara Lontara

Ilustrasi Contoh Kalimat Aksara Lontara
Ilustrasi Contoh Kalimat Aksara Lontara-imajinasi kontemporer-

Lontara digunakan dalam berbagai teks. Mulai dari catatan harian hingga karya sastra, aksara ini mampu memfasilitasi komunikasi tertulis dengan bentuk dan susunan unik. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jelas, simak contoh kalimat Lontara Bugis dan Makassar berikut ini.

1. Ruru mendapat makanan khas Bugis dari Pak Guru

Lontara Bugis : ᨑᨘᨑᨘ ᨆᨛᨊᨛᨉᨄᨈᨛ ᨆᨀᨊᨊᨛ ᨀᨔᨛ ᨅᨘᨁᨗᨔᨛ ᨉᨑᨗ ᨄᨀᨛ ᨁᨘᨑᨘ

Lontara Makassar : ᨑᨘᨑᨘ ᨆᨙᨊᨉᨕᨄᨕᨈ ᨆᨕᨀᨕᨊᨕᨊ ᨀᨖᨕᨔ ᨅᨘᨁᨗᨔ ᨉᨕᨑᨗ ᨄᨕᨀ ᨁᨘᨑᨘ

2. Aku menonton Tarian Sulawesi Tengah di balai desa

Lontara Bugis : ᨕᨀᨘ ᨆᨛᨊᨚᨊᨛᨈᨚᨊᨛ ᨈᨑᨗᨕᨊᨛ ᨔᨘᨒᨓᨛᨔᨗ ᨈᨛᨂᨖᨛ ᨉᨗ ᨅᨒᨕᨗ ᨉᨛᨔ

Lontara Makassar : ᨕᨀᨘ ᨆᨙᨊᨚᨊᨈᨚᨊ ᨈᨕᨑᨗᨕᨊ ᨔᨘᨒᨕᨓᨙᨔᨗ ᨈᨙᨊᨁᨕᨖ ᨉᨗ ᨅᨕᨒᨕᨗ ᨉᨙᨔᨕ

3. Masyarakat membangun Rumah Adat Sulawesi Selatan

Lontara Bugis : ᨆᨔᨛᨐᨑᨀᨈᨛ ᨆᨛᨆᨛᨅᨂᨘᨊᨛ ᨑᨘᨆᨖᨛ ᨕᨉᨈᨛ ᨔᨘᨒᨓᨛᨔᨗ ᨔᨛᨒᨈᨊᨛ

Lontara Makassar : ᨆᨕᨔyᨕᨑᨕᨀᨕᨈ ᨆᨙᨆᨅᨕᨊᨁᨘᨊ ᨑᨘᨆᨕᨖ ᨕᨉᨕᨈ ᨔᨘᨒᨕᨓᨙᨔᨗ ᨔᨙᨒᨕᨈᨕᨊ

4. Ibu menjahit pakaian adat Sulawesi Tenggara

Lontara Bugis : ᨕᨗᨅᨘ ᨆᨛᨊᨛᨍᨖᨗᨈᨛ ᨄᨀᨕᨗᨕᨊᨛ ᨕᨉᨈᨛ ᨕᨕᨘᨒᨓᨛᨔᨗ ᨈᨛᬂᬕᨑ

Lontara Makassar : ᨗᨅᨘ ᨆᨙᨊᨐᨕᨖᨗᨈ ᨄᨕᨀᨕᨗᨕᨊ ᨕᨉᨕᨈ ᨔᨘᨒᨕᨓᨙᨔᨗ ᨈᨙᨊᨁᨁᨕᨑᨕ

5. Kakak menyanyikan lagu daerah Sulawesi Tengah

Lontara Bugis : ᨀᨀᨀᨛ ᨆᨛᨎᨎᨗᨀᨊᨛ ᨒᨁᨘ ᨉᨕᨛᨑᨖᨛ ᨔᨘᨒᨓᨛᨔᨗ ᨈᨛᨂᨖᨛ

Lontara Makassar : ᨀᨕᨀᨕᨀ ᨆᨙᨊyᨕᨊyᨗᨀᨕᨊ ᨒᨕᨁᨘ ᨉᨕᨙᨑᨕᨖ ᨔᨘᨒᨕᨓᨙᨔᨗ ᨈᨙᨊᨁᨕᨖ

6. Bapak membuat makanan khas Sulawesi Barat

Lontara Bugis : ᨅᨄᨀᨛ ᨆᨛᨆᨛᨅᨘᨕᨈᨛ ᨆᨀᨊᨊᨛ ᨀᨔᨛ ᨔᨘᨒᨓᨛᨔᨗ ᨅᨑᨈᨛ

Lontara Makassar : ᨅᨕᨄᨕᨀ ᨆᨙᨆᨅᨘᨕᨈ ᨆᨕᨀᨕᨊᨕᨊ ᨀᨖᨕᨔ ᨔᨘᨒᨕᨓᨙᨔᨗ ᨅᨕᨑᨕᨈ

7. Aku membeli senjata tradisional Sulawesi Selatan

Lontara Bugis : ᨕᨀᨘ ᨆᨛᨆᨛᨅᨛᨒᨗ ᨔᨛᨊᨛᨍᨈ ᨈᨛᨑᨉᨗᨔᨗᨕᨚᨊᨒᨛ ᨔᨘᨒᨓᨛᨔᨗ ᨔᨛᨒᨈᨊᨛ

Lontara Makassar : ᨕᨀᨘ ᨆᨙᨆᨅᨙᨒᨗ ᨔᨙᨊᨐᨕᨈᨕ ᨈᨑᨕᨉᨗᨔᨗᨚᨊᨕᨒ ᨔᨘᨒᨕᨓᨙᨔᨗ ᨔᨙᨒᨕᨈᨕᨊ

Perbedaan Aksara Lontara Bugis dan Makassar

Ilustrasi Perbedaan Aksara Lontara Bugis dan Makassar
Ilustrasi Perbedaan Aksara Lontara Bugis dan Makassar-infobudaya-

Di masyarakat Sulawesi Selatan, Lontara digunakan oleh suku Bugis dan Masyarakat. Meskipun berada dalam 1 daerah yang sama dan terlihat kembar, tetapi kedua aksara ini memiliki perbedaan. Berikut beberapa perbedaan antara keduanya.

1. Kosakata 

Salah satu perbedaan itu terlihat dari kosakatanya. Misalnya, Untuk pertanyaan ‘apa kabar’ dalam Lontara Bugis adalah apa kareba, sedangkan di Lontara Makassar menggunakan apa kabara. Secara tatanan huruf, keduanya mirip. Namun tampak lebih berbeda ketika dilafalkan.

2. Bentuk 

Perbedaan lainnya terletak pada bentuk aksaranya. Lontara bugis memiliki bentuk lebih ramping dan sederhana, sedangkan Lontara Makassar aksaranya berbentuk lebih besar dan berornamen. Perbedaan ini dipengaruhi oleh perkembangan sejarah dan budaya masing-masing masyarakat.

3. Diakritik 

Selain itu, keduanya juga memiliki perbedaan diakritik atau tanda tambahan untuk mengubah bunyi. Diakritik yang dimaksud di sini seperti garis yang diletakkan di atas atau di bawah aksara utama. Lontara Bugis memiliki lebih sedikit diakritik daripada Lontara Makassar. 

Dalam Lontara Bugis, perubahan bunyi vokal hanya terjadi melalui satu atau dua diakritik sederhana yang ditempatkan di atas atau di bawah aksara. Sementara Lontara Makassar banyak menggunakan simbol-simbol modifikasi.

Teknik Penulisan Aksara Lontara

Ilustrasi Teknik Penulisan Aksara Lontara
Ilustrasi Teknik Penulisan Aksara Lontara-YouTube @PUANGIpetta-

Sama seperti Aksara Swara dan Aksara Rekan, Aksara Bugis Lontara juga memiliki teknik dan aturan-aturan tersendiri untuk menuliskan bahasa mereka. Berbeda dengan Bahasa Indonesia, 1 Aksara Bugis Lontara mewakili 1 suku kata, bukan 1 bunyi.

1. Tidak ada Garis Lengkung dan Bengkok

Bentuk aksara yang terdapat pada Aksara Bugis Lontara cenderung tegak lurus ke atas, bawah maupun miring. Tidak didapati garis lengkung dan bengkok sebagaimana ditemui dalam Aksara Bali. Setiap ada pertemuan antara dua garis lurus, titik tersebut disebut dengan patahan.

2. Ditulis Tegak Lurus

Pada zaman dahulu, masyarakat menggunakan kalam atau pallangga sebagai alat untuk menulis di atas daun lontar. Kalam tersebut diolesi dengan abu atau jelaga agar tulisan dapat terlihat dan mudah dibaca. Oleh karena itu, hasil tulisan di beberapa bagian menjadi tebal.

Hal ini menjadi aturan tersendiri dalam penulisan Lontara. Di mana garis yang dibuat menjadi huruf harus memiliki variasi ketebalan. Garis tebal untuk garis yang mengarah ke atas dan garis tipis atau halus untuk garis yang mengarah ke bawah.

3. Tidak Ada Huruf Mati

Dalam Aksara Bugis Lontara, tidak ada huruf konsonan maupun vokal yang berdiri sendiri. Maka setiap konsonan selalu mengandung bunyi vokal. Dalam beberapa kasus, huruf-huruf Aksara Bugis Lontara mengalami modifikasi ketika bunyi vokal berubah, seperti menjadi i, u, dan e.

Aksara Lontara merupakan aksara dari Bugis yang biasa digunakan oleh masyarakat dari Suku Bugis dan Masyarakat. Aksara ini kerap difungsikan dalam aktivitas sehari-hari berbasis teks, khususnya banyak digunakan oleh para sastrawan.

Tag
Berita Terkait