Kerajaan Perlak: Sejarah, Masa Kejayaan, dan Keruntuhannya
Sabtu, Jul 2024

kerajaan perlak-okezone-
DailySports.ID - Kerajaan Perlak termasuk kerajaan Islam yang ada di Indonesia dan memiliki daerah kekuasaan di wilayah Sumatera. Pada zamannya, ibu kota atau pusat pemerintahan dari kerajaan Islam ini berada di Aceh Timur.
Namun eksistensi kerajaan ini tidak begitu tinggi, karena banyak peneliti yang meragukannya. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya cukup bukti atas keberadaan kerajaan ini alias terbatas, padahal Kesultanan Perlak disebut sebagai kerajaan Islam tertua di Nusantara.
Sejarah Kerajaan Perlak Singkat dan Lengkap
Sejarah berdirinya Kesultanan Perlak bermula pada tahun 800 M, yang mana jauh lebih dulu dibandingkan kerajaan bercorak Islam lainnya seperti Kerajaan Ternate, Kerajaan Tidore, Kerajaan Gowa Tallo dan Kerajaan Pajang.
Pada awalnya, terdapat rombongan dakwah yang dahulu disebut dengan “Nakhoda Khalifah” dari Mekkah datang ke kawasan Perlak di tahun 800 Masehi. Tujuan utama dari rombongan dakwah tersebut adalah untuk berdagang serta menyebarkan agama Islam.
Salah satu dari anggota rombongan yang banyak tersebut ada salah seorang bernama Sayid Ali Al-Muktabar bin Muhammad Diba’i bin Imam Ja’far Al-Shadiq. Akhirnya dengan cara dakwah yang begitu menarik, rombongan tersebut pun berhasil membuat penduduk setempat masuk Islam.
Tidak hanya itu saja, sebagian anggota rombongan dakwah tersebut ada yang menikah dengan penduduk lokal, termasuk Sayid Ali Al-Muktabar yang menikahi Putri Tansyir Dewi. Dari pernikahan tersebut keduanya dianugerahi seorang putra bernama Alaiddin Sayid Maulana Abdul Azis Syah.
Nah, Alaiddin Sayid Maulana Abdul Azis Syah inilah yang akhirnya mendirikan Kerajaan Perlak ketika beliau dewasa, tepatnya di tahun 840 Masehi. Kepemimpinannya termasuk lama, yakni sejak kerajaan berdiri tahun 840 sampai 864 Masehi.
Masa Kejayaan Kerajaan Perlak
Kesultanan Perlak dulunya sudah sangat dikenal sebagai penghasil kayu perlak, yakni kayu berkualitas tinggi yang difungsikan untuk bahan pembuatan kapal. Sumber daya alam inilah akhirnya yang menarik pedagang dari luar, mulai dari Gujarat, Arab dan juga India.
Pedagang-pedagang tersebut datang ke Perlak untuk berbisnis, hingga akhirnya kesultanan mengalami perkembangan yang pesat dan menjadi bandar niaga maju. Kondisi inilah yang mendorong adanya perkawinan antara saudagar-saudagar muslim dengan penduduk lokal.
Hal tersebut sudah biasa terjadi di berbagai kerajaan yang pernah berjaya di Nusantara, baik kerajaan Islam atau lainnya seperti Kerajaan Bali, kemudian Kerajaan Cirebon, Kerajaan Malaka, serta Kerajaan Medang.
Perkawinan tersebut juga menjadi salah satu media yang digunakan untuk menyebarkan agama Islam lebih luas lagi di Nusantara. Pada akhirnya, Kesultanan Perlak berhasil mencapai kejayaan ketika dipimpin oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin II pada tahun 1230-1267 M.
Ketika itu, Kesultanan Perlak benar-benar di puncak kejayaan, karena mengalami kemajuan pesat, terutama di bidang pendidikan Islam serta perluasan dakwah.
Serangan Kerajaan Sriwijaya
Ketika memasuki tahun 986 Masehi, Kerajaan Sriwijaya yang sudah sangat terkenal di Nusantara akhirnya melancarkan serangan ke Kesultanan Perlak Pesisir. Dari situlah pertempuran yang begitu sengit meledak sehingga menghadirkan konflik baru di antara kedua belah pihak.
Pada pertempuran antara dua kerajaan ini, Kesultanan Perlak yang kala itu dipimpin oleh Sultan Alaiddin Syed Maulana Syah harus menerima kekalahan bahkan kehilangan nyawanya. Akhirnya seluruh wilayah Kesultanan Perlak jatuh ke tangan Kerajaan Sriwijaya tanpa adanya sisa.
Hal tersebut akhirnya memicu reaksi dari Sultan Malik Ibrahim Syah yang melakukan berbagai cara untuk menggalang semangat rakyat Perlak agar mau melakukan perlawanan kepada Sriwijaya. Pertempuran pun berlangsung cukup lama, namun akhirnya sempat mereda di tahun 1006 M.
Di tahun tersebut Kerajaan Sriwijaya menarik seluruh pasukannya dari medan perang, karena untuk menghindari ancaman yang diberikan oleh Raja Dharmawangsa dari Kerajaan Medang di wilayah Pulau Jawa.
Dari meredanya konflik tersebut, seluruh daerah kekuasaan yang sebelumnya diambil alih oleh Sriwijaya pun jatuh ke tangan Sultan Malik Ibrahim Syah. Meski hampir runtuh, namun pada masa kepemimpinan Sultan Malik Ibrahim Syah, Kesultanan Perlak menjadi lebih damai.
Mereka mulai kembali berbenah untuk mengembalikan Kesultanan Perlak seperti dahulu kala dan mulai menjalani hidup sebagaimana mestinya.
Keruntuhan Kerajaan Perlak
Setelah mencapai masa kejayaan, kerajaan ini juga harus menelan kepahitan karena kemunduran di depan mata, yakni ketika kerajaan di bawah kepemimpinan Sultan Mahmud Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan.
Pada masa kepemimpinannya, kerajaan menjalani politik persahabatan, sehingga menikahkan kedua putrinya dengan raja-raja yang berkuasa di kerajaan tetangga Perlak. Putri pertama yakni Putri Ratna Kemala menikah dengan Raja Kerajaan Malaka, yakni Raja Parameswara.
Sedangkan Putri Ganggang akhirnya dinikahkan dengan Raja Al Malik Al-Saleh dari Pasai. Usai sang sultan wafat, akhirnya kondisi kerajaan sudah tidak stabil lagi dan mulai mengalami kemunduran. Bahkan ketika itu para saudagar secara perlahan meninggalkan Perlak hingga kerajaan beralih kekuasaan.
Peninggalan Kerajaan Perlak Beserta Gambarnya Lengkap
Kerajaan Perlak juga meninggalkan beberapa saksi bisu sejarah tentang perjuangannya dalam mempertahankan pemerintahan hingga akhirnya runtuh. Beberapa peninggalan masih bisa kamu lihat maupun kunjungi karena didestilasikan sebagai tempat wisata juga.
1. Mata Uang Perlak
Mata Uang Perlak-marjinal-
Peninggalan pertama dari Kesultanan Perlak adalah mata uang yang disebut juga dengan nama kerajaan, yakni Perlak. Mata uang ini juga diyakini sebagai mata uang paling tua yang dapat ditemukan di Indonesia, karena memang Kesultanan Perlak termasuk kerajaan tua.
Terdapat tiga jenis mata uang Perlak yang digunakan untuk bertransaksi di masa itu, yakni mulai dari dirham atau emas, kemudian kupang atau perak, dan yang terakhir tembaga atau kuningan. Ketiganya digunakan untuk berbagai macam hal, terutama di bidang perdagangan.
2. Stempel Kerajaan Perlak
Stempel Kerajaan Perlak-marjinal-
Selanjutnya, benda yang ditinggalkan dari eksistensi Kesultanan Perlak yang berada di Pulau Sumatera adalah stempel kerajaan. Stempel yang berhasil ditemukan ini bertuliskan dengan huruf Arab, karena memang pada dasarnya Kesultanan Perlak bercorak Islam.
Model tulisan yang ada pada stempel adalah tenggelam dan membentuk sebuah kalimat, yakni “Al-Wasiq Billah Kerajaan Negeri Bendahara Sanah 519”. Meski bukan stempel dari pusat pemerintahan Perlak, namun mereka termasuk ke dalam bagian Kesultanan Perlak.
3. Makam Raja Benoa
Makam Raja Benoa-nupringsewu-
Memang hampir semua kerajaan yang pernah ada di Nusantara pasti meninggalkan peninggalan sejarah berupa makam, begitu juga dengan Kesultanan Perlak. Salah satu makam yang ditinggalkan adalah Makam Raja Benoa yang berada di tepi Sungai Trenggulon.
Pada makam tersebut terdapat sebuah batu nisan yang mana juga mengandung tulisan Arab. Benoa sendiri merupakan salah satu negara bagian dari Kesultanan Perlak, sehingga tidak heran jika makam sang raja ditemukan di daerah kekuasaan Perlak.
Penemuan inilah yang membuat pernyataan bahwa Perlak merupakan kerajaan Islam tertua di Nusantara semakin kuat kebenarannya.
Kerajaan Perlak yang bercorak Islam dikatakan sebagai satu-satunya kerajaan Islam yang pernah ada di Indonesia sebelum akhirnya berpindah kekuasaan kepada Pasai. Sebagai penghasil kayu perlak, tidak heran jika perdagangan di kerajaan tersebut terus berkembang pesat.