Kupas Sejarah Piala Eropa, Mengenang Yugoslavia Sang Raksasa Sepak bola yang Sudah Almarhum
Selasa, 09 Juli 2024, 00:03 WIB

Potret pertandingan semifinal Piala Eropa 1960 antara Prancis vs Yugoslavia.--UEFA
DailySports.ID - Terdapat suatu masa di mana negara-negara Eropa Timur merajai sepak bola Benua Biru, terutama era 1950-1970-an. Salah satu tim yang disegani, bahkan ditakuti, kala itu adalah Yugoslavia.
Siapa itu Yugoslavia? Di mana lokasinya kok dicari di google sudah tidak ada? Negara ini faktanya memang sudah bubar dan terpecah menjadi beberapa negara kecil sejak 1992.
Ada pun Yugoslavia pecah menjadi tujuh negara berbeda, antara lain Serbia, Kroasia, Montenegro, Bosnia-Herzegovina, Slovenia, Makedonia Utara, dan Kosovo. Perang saudara berkepanjangan menyebabkan pemerintahan mereka runtuh.
Sebelum bubar, Yugoslavia pernah berjaya di sepak bola Eropa. Mereka masuk kategori tim raksasa era lama bersama Hungaria, Uni Soviet, dan Cekoslovakia.
Tolok ukur kesuksesan Yugoslavia tentu saja prestasi. Mereka tercatat sekali menyabet medali emas Olimpiade pada 1960, usai berturut-turut membawa pulang medali perak alias finalis di tiga edisi sebelumnya (1948, 1952, 1956).
Bukan cuma itu, Yugoslavia juga konsisten masuk putaran final Piala Eropa era 1960-an, bahkan sekali mendapat kehormatan menjadi tuan rumah pada penyelenggaraan kelima (1976).
Perjalanan Yugoslavia di Piala Eropa dimulai dengan memecahkan satu rekor yang masih terus bertahan hingga kini, yakni gol terbanyak dalam satu pertandingan. Momen itu terjadi dalam laga semifinal Euro 1960 kontra Prancis.
Sekadar mengingatkan, Piala Eropa edisi awal (1960-1976) menganut sistem putaran final sedari semifinal, sehingga laga perempat final ke bawah dihitung babak kualifikasi. Statistik gol dan top skor juga baru dihitung sejak semifinal.
Kembali ke laga Prancis vs Yugoslavia. Bentrokan yang berlangsung di Stadion Parc des Princes, 6 Juli 1960, ini menggambarkan secara sempurna ujar-ujar mengenai sepak bola adalah permainan dua babak berdurasi 90 menit.
Pokoknya belum benar-benar selesai jika wasit belum meniup peluit akhir. Tuan rumah Prancis tampak berada di atas angin hampir sepanjang pertandingan.
Les Blues alias Si Biru tiga kali berada dalam posisi memimpin. Gol Jean Vincent dan Francois Heutte memastikan Prancis memasuki masa turun minum dengan keunggulan 2-1.
Tiket final sepertinya bakal digenggam Prancis begitu Maryan Wisnieski menambah keunggulan Prancis menjadi 3-1 pada menit ke-53. Les Blues sempat kecolongan gol Ante Zanetic, tapi mereka bisa memulihkan lagi keunggulan dua bola via kontribusi Heutte.
Papan skor masih menunjuk angka 4-2 bagi keunggulan Prancis kala laga memasuki periode 15 menit akhir, tapi justru di sinilah Yugoslavia memberikan pukulan hebat yang membuyarkan harapan tim tuan rumah.
Dalam tempo empat menit, Yugoslavia mampu bangkit dan membalikkan skor menjadi 5-4 untuk keunggulan mereka! Tomislav Knez (75') dan Drazen Jerkovic (78', 79') berturut-turut mengoyak jala gawang Prancis yang dikawal Georges Lamia.
Yugoslavia 2 Kali Finalis Piala Eropa dan Sekali Jadi Tuan Rumah
Potret pertandingan final Piala Eropa 1960 antara Uni Soviet vs Yugoslavia.-@EmbassyofRussia-Twitter
Laga ikonik tadi lantas mengantarkan Yugoslavia ke final Piala Eropa menantang Uni Soviet pada 10 Juli 1960. Tepat pukul 19.30 waktu setempat, bunyi peluit tanda sepak mula ditiup wasit.
Uni Soviet yang lebih diunggulkan tampil penuh percaya diri, namun mereka justru dikejutkan oleh permainan taktis dan cerdas ala Yugoslavia. Gol pembuka lebih dulu disarangkan kubu lawan via sundulan Milan Galic pada menit ke-43.
Terlecut gol Yugoslavia, Uni Soviet tidak butuh waktu lama untuk membalas, tepatnya empat menit babak kedua berjalan. Slava Metreveli menceploskan bola ke gawang lawan setelah memanfaatkan sapuan asal-asalan bek Blagoje Vidinic.
Kedudukan sama kuat 1-1 bertahan hingga 90 menit waktu normal beres. Penentuan pemenang final Euro 1960 pun harus dilakukan via babak ekstra selama 30 menit.
Tampak sebagian besar pemain Yugoslavia kehabisan tenaga akibat menerapkan gaya permainan agresif di waktu normal. Hal ini dimaksimalkan dengan baik oleh Uni Soviet.
Striker Viktor Ponedelnik menjadi pahlawan kemenangan berkat gol sundulan pada menit ke-113. Skor akhir 2-1 menutup laga final Euro 1960 dan Yugoslavia dipaksa gigit jari karena gagal juara.
Berselang delapan tahun kemudian, Yugoslavia kembali menjejak final Piala Eropa 1968. Kali ini lawannya adalah tuan rumah Italia yang sangat bernafsu merengkuh trofi di hadapan publik sendiri.
Yugoslavia mampu membuka skor terlebih dulu pada menit ke-39 berkat gol Dragan Dzajic. Gli Azzurri baru bisa menyamakan skor 10 menit menjelang bubaran lewat aksi brilian Angelo Domenghini.
Pertandingan berakhir imbang 1-1 kendati telah dilanjutkan ke babak ekstra. Italia selamat dari serangan bertubi-tubi Yugoslavia yang memang menerapkan permainan agresif dan lebih banyak menebar ancaman ke gawang Dino Zoff selama 120 menit.
Hasil seri mengharuskan Italia dan Yugoslavia menjalani pertandingan ulang (replay) berselang 48 jam alias dua hari kemudian. Dewi Fortuna rupanya lebih memihak kepada tuan rumah.
Luigi Riva membuka skor pada menit ke-12 melalui tembakan kaki kiri dari dalam kotak penalti Yugoslavia. Dia secara cerdik memotong dan meneruskan sepakan jarak jauh Domenghini yang terbilang lemah.
Setelah itu, Riva bak kesetanan membombardir gawang Yugoslavia. Striker legendaris Cagliari itu bisa saja menggelontorkan tiga gol lagi andaikan tandukannya tidak meleset serta dua sepakannya gagal diredam kiper lawan, Ilija Pantelic.
Skor 2-0 menutup babak pertama. Yugoslavia berusaha keras mengejar ketinggalan dengan melancarkan serangan demi serangan ke jantung pertahanan Italia pada babak kedua, namun kiper Dino Zoff sigap membuat gawangnya tetap steril sampai wasit meniup peluit akhir.
Dua kegagalan di final edisi 1960 dan 1968 adalah pencapaian terbaik Yugoslavia di Piala Eropa. Mereka sempat dipercaya menjadi tuan rumah Euro 1976, namun langkahnya mentok di semifinal.
Satu lagi kejadian menarik yang melibatkan Yugoslavia adalah fakta bahwa konflik dan perang saudara yang berkecamuk di sana secara tidak langsung membuka jalan Denmark untuk menjuarai Euro 1992.
Ceritanya, Yugoslavia sukses mengunci satu slot di putaran final Euro 1992 berkat pencapaian di babak kualifikasi, sedangkan Denmark yang tepat berada di bawah mereka dipastikan gagal lolos.
Belakangan, situasi mendadak berubah 180 derajat. Perang saudara yang berkecamuk di Yugoslavia kala itu membuat FIFA turun tangan menjatuhkan sanksi berat berupa pencabutan partisipasi mereka di Euro 1992.
Imbas dari keputusan FIFA, Denmark yang tadinya menduduki posisi runner-up grup Kualifikasi Euro 1992 di bawah Yugoslavia tiba-tiba kejatuhan durian runtuh. Mereka dinyatakan lolos ke Piala Eropa menggantikan sang rival.
Singkat cerita, Denmark tampil mengejutkan dan sukses merengkuh trofi juara Piala Eropa 1992 usai membungkam Jerman Barat dua gol tanpa balas di partai final.
Ironisnya, semua ini bisa terjadi karena bubarnya negara Yugoslavia. Sebuah kisah bersejarah yang terukir abadi dalam lembaran histori sepak bola Eropa.