https://cafesguilis.com/producto/https://versalitaestudio.com/sobre-nosotros/kadinkabbandung.orghttps://conilplayamar.com/propiedad/https://haveone.it/shop/https://www.jomaportes.com/contacto/https://svemarche.eu/https://www.nativehotels.org/en/https://www.ritchiehill.com/gallery
slot gacor slot gacor resmi https://lpm.uki.ac.id/
1 Kupas Sejarah Piala Eropa, Leganya Belanda Hapus Cap Juara Tanpa Mahkota di Euro 1988

Kupas Sejarah Piala Eropa, Leganya Belanda Hapus Cap Juara Tanpa Mahkota di Euro 1988

Kupas Sejarah Piala Eropa, Leganya Belanda Hapus Cap Juara Tanpa Mahkota di Euro 1988

Selebrasi pemain Belanda mengarak trofi juara saat menjadi kampiun Euro 1988.-UEFA-

DailySports.ID - Belanda adalah juara tanpa mahkota. Istilah ini seringkali keluar dari mulut para penikmat, bahkan komentator dan pundit sepak bola. Tidak berlebihan karena memang mengacu kepada sejarah. 

Ada pun momen yang melekatkan cap juara tanpa mahkota di 'jidat' Belanda tak lain adalah Piala Dunia 1974 dan 1978. Tim Oranje dua kali masuk final, tapi dua-duanya pula mereka gagal membawa pulang trofi. 

Pertama, Belanda yang dipimpin oleh legenda tersohor Johan Cruyff plus sajian memanjakan mata dunia berupa permainan agresif bernama Totaal Voetbal dipaksa gigit jari menyaksikan musuh bebuyutannya, Jerman Barat, merengkuh Piala Dunia. 

Tampil meyakinkan sejak awal turnamen, Belanda yang konsisten mengusung taktik Totaal Voetbal justru kalah dari tuan rumah Jerman Barat di laga final Piala Dunia 1974 dengan skor 2-1.

Berselang empat tahun kemudian, Belanda kembali menjejak final Piala Dunia 1978 di Argentina meski kali ini tanpa sang maestro, Johan Cruyff. Sekali lagi mereka harus ikhlas menerima kenyataan kalah 1-3 dari tuan rumah, yang kala itu diterpa isi miring berlaku culas. 

Setelah itu, Belanda menghilang dari laga-laga penting di turnamen besar, sampai kemudian muncul kembali dengan generasi emas baru, terutama Trio AC Milan, yaitu Ruud Gullit, Frank Rijkaard, dan Marco van Basten

Satu-satunya persamaan adalah sang juru taktik. Si pencetus pakem Totaal Voetbal, Rinus Michels, turun gunung melatih generasi baru Belanda buat mengarungi Euro 1988.

Semangat Belanda makin terbakar mengetahui putaran final Euro 1988 bakalan berlangsung di kandang musuh bebuyutan mereka. Siapa lagi kalau bukan Jerman Barat. 

Di Euro 1988, Belanda tergabung di Grup 2 bersama Uni Soviet, Inggris, dan Republik Irlandia. Mereka memulai perjalanan dengan kurang baik lantaran dipaksa menyerah 0-1 dari Uni Soviet dalam laga pembuka. 

Namun, setelahnya laju Belanda tidak teradang. Ruud Gullit dkk. berturut-turut menggasak Inggris (3-1) dan Irlandia (1-0) untuk mengunci predikat runner-up Grup 2 dan lolos ke semifinal Euro 1988 menemani Uni Soviet. 

Seolah ditakdirkan, Belanda berjumpa Jerman Barat di semifinal Euro 1988. Darah para pemain seketika mendidih, terutama kiper Hans van Breukelen, yang diketahui membenci Tim Panser sampai ke tulang gara-gara trauma masa kecil. 

Van Breukelen menjadi saksi kekalahan Belanda di final Piala Dunia 1974. Dia menyaksikan dengan mata kepala sendiri betapa liciknya pemain Jerman Barat yang gampang sekali jatuh dan meminta pelanggaran ke wasit. 

"Saat itu saya masih kecil dan berada di depan televisi. Saya sempat menangis karena merasa kejadian itu sangat tidak adil (penalti Jerman Barat)," kata Hans van Breukelen dikutip dari Tabloid Soccer edisi Piala Eropa

"Setelah beranjak dewasa, saya sering bertanding melawan klub Jerman. Saya berinisiatif menyapa duluan, tapi mereka malah melengos pura-pura tak mendengar. Sungguh orang-orang yang sombong," cetusnya. 

Dendam Kesumat Itu Dibayar Lunas! 

Jerman Barat membobol gawang Belanda via tendangan penalti di Euro 1988.
Jerman Barat membobol gawang Belanda via tendangan penalti di Euro 1988.-UEFA-

Sebelum pertandingan semifinal, perang urat syaraf sudah pecah duluan. Pihak penyelenggara Euro 1988 seperti sengaja mengarahkan Belanda ke Hotel Continental, yang notabene berada di area sibuk dan ramai di Kota Hamburg. 

Hendak pindah ke tempat lain yang suasananya lebih tenang, apa daya ternyata sudah ditempati oleh timnas Jerman Barat. Alhasil Belanda tidak punya pilihan lain. 

Belum lagi perlakuan buruk panitia turnamen kepada KNVB (PSSI-nya Belanda). Mereka hanya diberi jatah 10.000 tiket, padahal jarak Jerman dengan Belanda sangat dekat dan Tim Oranye merasa kekurangan pendukung akibat keputusan sepihak. 

Tibalah hari pertandingan di Stadion Volkspark, Hamburg, pada 21 Juni 1988. Cuaca terik dan panas mentari menyengat kulit, tapi sama sekali tidak menyurutkan mental dan nyali para pemain Belanda. 

Tuan rumah bergerak cepat dengan melancarkan serangan sporadis yang dimotori kapten Lothar Matthaus. Belanda tak mau kalah dan menekan balik melalui kolaborasi trisula maut Gullit-Van Basten-Rijkaard. 

Meski begitu, kedua tim sama-sama belum bisa mencetak gol di babak pertama. Baik Belanda maupun Jerman Barat bermain hati-hati dan bersih, sehingga tak ada satu pun kartu yang keluar dari saku wasit. 

Memasuki babak kedua, serangan kedua tim lebih bervariasi. Jerman Barat sukses membuka skor melalui eksekusi penalti Matthaus menyusul pelanggaran yang dilakukan Adri van Tiggelen kepada Jurgen Klinsmann di kotak terlarang pada menit ke-55. 

Gol Matthaus tak lantas menjatuhkan semangat bertanding Belanda. Mereka justru kian terbakar untuk bangkit mengejar ketinggalan, bahkan membalikkan keadaan. 

Benar saja, kepanikan di barisan pertahanan Jerman Barat dimaksimalkan oleh Van Basten. Dia melakukan pergerakan berbahaya yang memaksa Jurgen Kohler menjatuhkannya di kotak terlarang pada menit ke-74. 

Penalti untuk Belanda! Ronald Koeman, yang kini menjabat pelatih Tim Oranye di Euro 2024, sukses menjalankan tugas dengan baik sekaligus mengubah skor menjadi sama kuat 1-1.

Gol Koeman membuat Belanda semakin berada di atas angin. Misi balas dendam mereka hampir terlaksana dan momen yang ditunggu-tunggu itu datang dua menit menjelang bubaran. 

Van Tiggelen mengoper bola ke Jan Wouters yang kemudian meneruskannya kepada Marco van Basten. Nama terakhir sempat mengecoh Kohler sebelum tanpa ampun merobek gawang Jerman Barat pada menit ke-88. 

Skor 2-1 bertahan hingga wasit meniup peluit panjang. Dendam kesumat Belanda terbayar lunas dan mereka mengangkangi Jerman Barat yang berstatus tuan rumah di hadapan publiknya sendiri, persis seperti perkataan Rinus Michels sebelum laga. 

"Jangan meremehkan seolah-olah laga ini yang terakhir buat saya. Dendam saya akan terbayar kali ini!" ujar Michels kepada awak media di Jerman dikutip dari Tabloid Soccer edisi Piala Eropa 2004. 

Kemenangan atas musuh bebuyutan sudah pasti melegakan Belanda. Tak mengerankan bila Tim Oranye menggila di final Euro 1988, dan lagi-lagi membalas dendam kekalahan masa lalu. 

Kali ini Uni Soviet yang mengalahkan Belanda di fase grup dibuat tidak berdaya di final Euro 1988. Dua gol Ruud Gullit dan Van Basten sudah lebih dari cukup untuk mengantarkan Tim Oranye menang 2-0.

Sebagian kalangan bahkan menyebut gol Van Basten paling indah sepanjang sejarah Piala Eropa. Prosesnya memang tidak masuk akal lantaran dia melepaskan tembakan voli dari sudut sempit dan laju bolanya melengkung parabola. 

Kiper Uni Soviet kala itu, Rinat Dasaev, yang diakui salah satu yang paling top, tak bisa berbuat banyak dan hanya bertolak pinggang menyaksikan gawangnya kebobolan. 

Segenap rakyat Belanda pun berpesta. Mereka secara resmi menghapus julukan juara tanpa mahkota berkat keberhasilan menjuarai Euro 1988. Prestasi yang belum bisa diulangi hingga kini. 

Susunan Pemain Uni Soviet vs Belanda:

Uni Soviet (4-4-2): 1-Dasaev; 6-Rats, 3-Khidiyatullin, 7-Aleynikov, 5-Demyanenko; 18-Gotsmanov (19-Baltacha 68'), 11-Mykhaylychenko, 9-Zavarov, 8-Lytovchenko; 11-Belanov, 10-Protasov (20-Pasulko 71')
Cadangan: 16-Chanov, 13-Sulakvelidze, 14-Sukristovas
Pelatih: Valeriy Lobanovskyi

Belanda (4-4-2): 1-Van Breukelen; 2-Van Tiggelen, 4-R. Koeman, 17-Rijkaard, 6-Van Aerle; 13-E. Koeman, 8-Muhren, 20-Wouters, 7-Vanenburg; 12-Van Basten, 10-Gullit
Cadangan: 16-Hiele, 9-Bosman, 11-Van't Schip, 14-Kieft, 18-Suvrijn
Pelatih: Rinus Michels

Stadion: Olympia Munchen (62.770) 
Gol: Gullit 32', Van Basten 54'
Wasit: Michel Vautrot (Pra) 
Kartu Kuning: Demyanenko, Khidiyatullin, Lytovchenko/Wouters, Van Aerle
Kartu Merah: -

Berita Terkait