Hancurnya Adriano, Karir Cemerlang di Inter Milan Berakhir Menyedihkan
Minggu, 21 Juli 2024, 17:30 WIB

Adriano Leite, penyerang fenomenal Inter Milan yang berakhir menyedihkan-NSS Magazine-
DailySports.ID - Adriano merupakan striker terbaik yang pernah dimiliki Inter Milan asal Brasil, namun gagal mencapai puncak karirnya.
Pemilik nama lengkap Adriano Leite Ribeiro ini adalah sosok penyerang yang sangat mematikan ketika berseragam Inter Milan.
Dengan fisik yang kokoh, drible kelas dunia, dan sepakan kaki kiri maut tentu tidak akan dilupakan oleh para penggemar Inter Milan.
Akan tetapi, masa keemasan Adriano belum menghasilkan apapun. Ia jatuh ke titik terendah dan tidak bisa kembali ke performa terbaiknya.
Awal Karir
Adriano memulai karir sepakbolanya bersama klub kota kelahirannya, Flamengo. Kemampuannya kemudian membuat Inter Milan memboyongnya ke Italia pada 2001.
Akan tetapi, ia tak langsung bermain untuk Nerazzurri. Adriano dipinjamkan dulu ke Fiorentina di paruh kedua musim 2001/2002.
Bahkan ia sempat dilepas ke Parma setahun berselang. Adriano akhirnya pulang ke Giuseppe Meazza pada Januari 2003 dan jadi andalan di lini depan.
Tak butuh waktu lama bagi Adriano untuk menunjukkan kemampuannya. Ia mencatatkan 9 gol dari 16 pertandingan di Liga Italia paruh kedua musim 2003/2004.
Di kancah internasional, Adriano bersama Timnas Brasil berhasil juara Copa America 2004. Ia bahkan menyabet Sepatu Emas dengan gelontoran tujuh gol dan jadi pemain terbaik turnamen.
Kemampuan Adriano tersebut digadang-gadang akan jadi penerus Ronaldo sebagai penyerang Timnas Brasil.
Di musim 2004/2005, Adriano semakin memiliki peran di Inter Milan. Ia berhasil mencetak 16 gol dari 30 pertandingan di Liga Italia. Namun, mulai saat itu kehancurannya dimulai.
Depresi
Di musim 2005/2006, Adriano masih bisa mencetak 13 gol dan membantu Inter Milan meraih gelar scudetto.
Akan tetapi, ia mulai akrab dengan inkonsistensi. Di luar lapangan ia mulai bersentuhan dengan minuman keras dan kehidupan malam.
Bahkan pada 2006, ia dua kali dicoret dari Timnas Brasil karena Carlos Dunga mendapatinya berpesta di klub malam.
Di musim 2006/2007, Adriano mulai luntur karena hanya mampu mencetak 5 gol dari 23 penampilan di Liga Italia.
Saat itu Adriano baru berumur 25 tahun. Usia emas bagi seorang pemain sepak bola profesional.
Kematian ayahnya pada tahun 2004 yang menjadi faktor utama menurunnya penampilan Adriano di Inter Milan.
Di tahun 2017, legenda dan mantan kapten Inter Milan, Javier Zanetti mengatakan bahwa ia mengetahui bagian mengerikan yang dihadapi oleh Adriano.
Zanetti mengetahui bagaimana Sang Kaisar berteriak dengan cara yang tak bisa dibayangkan ketika mendapatkan kabar sang ayah telah meninggal.
Sejak saat itu, Zanetti dan presiden Inter Milan, Massimo Moratti memperlakukannya dengan sangat baik. Bahkan Adriano dianggap sebagai adik oleh sang kapten saat itu.
"Ketika mendapatkan telepon soal kematian ayahnya, kami berada di kamar. Dia (Adriano) membanting telepon dan mulai berteriak dengan cara yang tidak bisa dibayangkan," ungkap Zanetti kepada TuttoMercato.
"Sejak saat itu, Massimo Moratti (Presiden Inter Milan) dan saya memperlakukannya sebagai adik. Dia terus bermain sepak bola, mencetak gol dan mendedikasikan golnya untuk ayahnya dengan menunjuk langit. Namun, setelah panggilan telepon itu, tidak ada yang sama seperti sebelumnya," kata Zanetti.
Javier Zanetti pun mengakui jika salah satu kegagalan dalam karir sepakbolanya bersama Inter Milan adalah tak mampu menjaga dan mendukung Adriano.
Sejak saat itu, Adriano menurun performanya. Ia dilepas Inter Milan dan bergabung ke Flamengo. Di sana sempat bermain bagus dan membuat AS Roma merekrutnya.
Namun, ketika membela AS Roma, performa Adriano tidak kembali seperti ia berseragam La Beneamata.
Adriano pensiun dari sepak bola profesional pada tahun 2016. Ia berada di titik terendah dengan tinggal di pemukiman kumuh di Brasil, tepatnya di Vila Cruzeiro.
Meski karirnya berakhir menyedihkan, Adriano tetap mendapatkan pengakuan atas kemampuannya di lapangan hijau.
Nama Adriano dimasukkan oleh Federasi Sepak Bola Brasil (CBF) dalam Walk of Fame di luar Stadion Maracana.
Sang Kaisar pun tak kuasa menahan haru atas pengakuan yang dilakukan oleh sepak bola Brasil.