Alasan Klub Liga Italia seperti AC Milan dan Inter Tidak Punya Stadion Sendiri
Jumat, 29 November 2024, 21:00 WIB

Hanya empat klub di Italia yang memiliki Stadion kebanggan mereka sendiri-x/@newyorktimes-
DailySports.ID - Sepak bola Italia memiliki sejarah panjang, tetapi salah satu isu yang masih menjadi perhatian adalah minimnya klub Liga Italia yang memiliki stadion sendiri.
Berbeda dengan klub-klub Liga Inggris yang mayoritas memiliki stadion milik pribadi, sebagian besar klub Serie A harus berbagi stadion atau menyewa dari pemerintah setempat. Apa yang menyebabkan perbedaan ini?
Pada tahun 1990, Italia menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA. Dalam rangka menyambut turnamen, negara ini membutuhkan stadion baru atau renovasi besar-besaran untuk stadion yang sudah ada. Sayangnya, dana besar yang diperlukan untuk proyek ini diperoleh dengan cara berutang.
Proyek pembangunan ini kemudian menjadi salah satu contoh buruk manajemen keuangan dengan anggaran akhir yang membengkak hingga 84% lebih tinggi dari perkiraan awal.
Untuk melunasi biaya pembangunan, pemerintah Italia bergantung pada uang sewa yang dibayarkan oleh klub-klub sepak bola yang menggunakan stadion tersebut.
Hal tersebut dianggap menjadi salah satu alasan utama mengapa banyak klub di Serie A tidak memiliki stadion sendiri.
Saat stadion-stadion baru di Italia dibangun pada akhir 1980-an dan awal 1990-an, perhatian terhadap desain dan teknologi stadion belum menjadi prioritas.
Stadion-stadion tersebut dibangun dengan konsep yang dianggap modern pada masa itu, tetapi hanya beberapa tahun kemudian, stadion di negara lain mulai mengadopsi desain yang lebih futuristik dan fasilitas yang lebih lengkap.
Stadion-stadion Italia yang baru dibangun pun akhirnya terlihat ketinggalan zaman. Ironisnya, meski banyak stadion di Italia terbilang baru, mereka tidak dapat bersaing dalam hal estetika, kenyamanan, dan keamanan dengan stadion di negara lain.
Faktor keamanan menjadi isu lain yang memperburuk situasi stadion di Italia. Hingga tahun 2000-an, insiden perkelahian antar suporter yang berujung pada kematian masih sering terjadi.
Struktur stadion juga dirancang untuk menahan pendukung agar tidak masuk ke lapangan, bukan untuk menciptakan pengalaman menonton yang nyaman.
Sebaliknya, stadion di negara lain mulai memperhatikan kebutuhan berbagai kelompok, seperti perempuan, anak-anak, dan penyandang disabilitas.
Kondisi ini membuat stadion-stadion Italia semakin ditinggalkan oleh penonton yang berdampak langsung pada pendapatan klub dari tiket pertandingan.
Stadion yang buruk menyebabkan penonton enggan datang. Dengan jumlah penonton yang sedikit, pemasukan dari tiket menjadi minim.
Kondisi ini membuat klub kesulitan mendapatkan investasi untuk membangun stadion baru atau merenovasi stadion lama. Siklus ini terus berulang, menciptakan lingkaran setan yang sulit dipecahkan.
Selain itu, harga sewa stadion yang tinggi menambah beban finansial klub. Banyak klub lebih memilih bertahan menyewa stadion daripada menghadapi tantangan administratif dan politis untuk membangun stadion sendiri.
Rencana beberapa klub besar Italia untuk memiliki stadion sendiri seringkali terhambat oleh isu politik dan sosial.
Contohnya, Inter Milan dan AC Milan berencana membangun stadion baru di kawasan berbeda yakni Rozzano untuk Inter dan San Donato untuk Milan. Namun, rencana ini ditolak oleh pemerintah kota Milan serta otoritas lokal Lombardia.
Penolakan tersebut didorong oleh kekhawatiran warga sekitar mengenai dampak pembangunan stadion, seperti potensi kemacetan dan gangguan transportasi.
Dukungan politik juga terpecah, dengan partai-partai lokal baik dari sayap kanan maupun kiri menolak proyek tersebut. Akibatnya, rencana ambisius kedua klub besar Italia tersebut untuk memiliki stadion modern pun menemui jalan buntu.
"Ada alternatifnya, yakni mempertahankan tim-tim di Milano di Scala del Calcio, dengan melakukan rekonstruksi penting agar bisa sesuai standar stadion internasional modern sehingga bisa mewujudkan harapan klub untuk meningkatkan pendapatan," kata Politisi Italia, Marco Bestetti.
"Solusi ini jadi jalan terbaik yang harus dilakukan. Inter dan AC Milan harus meninggalkan proyek fantasi mereka tentang soal katedral sepakbola."
Pietro Bussolati dan Simone Negri, yang mewakili partai pesaing Partito Democrato, menyebut mereka sangat khawatir dengan dampak yang akan muncul dari pembangunan stadion baru di wilayah selatan Milan, salah satunya akan melumpuhkan transportasi.
Politisi M5S Nicola Di Marco berencana mengajukan mosi agar pemerintah setempat bisa menjelaskan keinginan mereka melarang pembangunan stadion baru.
Klub Serie A yang Memiliki Stadion Sendiri
Dari 20 peserta Serie A musim 2024/2025, hanya empat klub yang memiliki dan mengelola stadion mereka sendiri. Berikut adalah daftarnya:
1. Udinese
Stadio Friuli menjadi milik Udinese pada tahun 2013 setelah sebelumnya dikelola oleh pemerintah. Stadion ini memiliki kapasitas 25.144 penonton.
2. Atalanta
Stadio Atleti Azzurri d’Italia dimiliki sepenuhnya oleh Atalanta sejak 2017. Stadion ini dibangun pada 1928 dan memiliki kapasitas 21.747 penonton.
3. Juventus
Juventus menjadi pelopor dengan memiliki Juventus Stadium yang dibuka pada 2011. Dengan kapasitas 41.507 penonton, stadion ini juga dikenal dengan nama Allianz Stadium setelah menjual hak penamaannya.
4. Sassuolo
Mapei Stadium dimiliki bersama oleh Sassuolo dan Reggiana. Sassuolo menggunakan stadion berkapasitas 21.525 penonton ini untuk pertandingan Serie A sejak 2013.
Dampak pada Popularitas Serie A
Selain skandal Calciopoli pada 2006 yang merusak reputasi sepak bola Italia, masalah stadion juga berkontribusi pada penurunan pamor Serie A.
Skandal Serie A 2006 (dalam bahasa Italia disebut Calciopoli atau Moggiopoli, kadang-kadang disebut sebagai Calciocaos melibatkan dua divisi profesional tertinggi di sepak bola Italia, Serie A dan Serie B.
Adapun skandal itu terungkap pada Mei 2006 oleh polisi Italia, melibatkan juara liga Juventus, dan tim besar lainnya, termasuk AC Milan, Fiorentina, Lazio, dan Reggina ketika sejumlah transkrip percakapan telepon menunjukkan jaringan hubungan antara manajer tim dan organisasi wasit.
Lantas, Liga Italia kesulitan menarik investasi besar, baik dari sponsor maupun dari industri lain akan hal itu, terlebih juga karena infrastruktur yang tidak mendukung.
Sementara itu, liga-liga lain seperti Liga Inggris semakin memperkuat daya tarik mereka dengan stadion modern dan fasilitas terbaik.
Meskipun tantangan administratif dan politis masih besar, beberapa politisi Italia mengusulkan solusi untuk meningkatkan kondisi stadion tanpa membangun dari nol.
Contohnya, melakukan renovasi besar-besaran pada stadion yang ada, seperti San Siro, agar memenuhi standar modern.
Namun, untuk benar-benar mengatasi masalah ini, diperlukan reformasi mendalam pada manajemen olahraga dan kebijakan pembangunan di Italia.
Investasi yang lebih besar dari sektor swasta, dukungan dari pemerintah, serta perencanaan yang matang akan menjadi kunci untuk membangun kembali infrastruktur sepak bola Italia.