https://cafesguilis.com/producto/https://versalitaestudio.com/sobre-nosotros/kadinkabbandung.orghttps://conilplayamar.com/propiedad/https://haveone.it/shop/https://www.jomaportes.com/contacto/https://svemarche.eu/https://www.nativehotels.org/en/https://www.ritchiehill.com/gallery
slot gacor slot gacor resmi https://lpm.uki.ac.id/
1 Tahun Suram Malaysia, Bawa Harapan Baru Bagi Timnas Indonesia di Sepak Bola Asia

Tahun Suram Malaysia, Bawa Harapan Baru Bagi Timnas Indonesia di Sepak Bola Asia

Tahun Suram Malaysia, Bawa Harapan Baru Bagi Timnas Indonesia di Sepak Bola Asia

Erick Thohir bersama Gianni Infantino-instagram/@erickthohir-

DailySports.ID - Timnas Malaysia yang dijuluki Harimau Malaya mengalami kemerosotan prestasi yang membuat banyak pendukung kecewa. Di sisi lain, Timnas Indonesia si "Macan Tidur" mulai bangkit dengan target ambisiusnya. 

Tahun 2024 menjadi tahun yang berat bagi Timnas Malaysia. Harapan tinggi yang dibebankan kepada mereka justru berujung pada kekecewaan demi kekecewaan.

Langkah Malaysia di Piala AFF terhenti di fase grup. Tergabung di Grup A bersama Thailand, Singapura, Kamboja dan Timor Leste, mereka hanya mampu finis di posisi ketiga dengan lima poin dari empat pertandingan. 

Mereka kalah bersaing dengan Singapura (7 poin) dan Thailand yang memimpin grup (12 poin), lantas Malaysia harus angkat koper lebih awal.

Adapun awal tahun 2024 Malaysia mencoba peruntungan di Piala Asia. Harapan sempat memuncak setelah mereka tampil baik dengan menahan imbang Korea Selatan dalam laga dramatis (3-3). 

Namun, euforia itu tidak bertahan lama. Malaysia gagal meraih kemenangan di sisa pertandingan dan mengakhiri perjuangan mereka di dasar klasemen Grup E dengan hanya satu poin.

Harapan Malaysia untuk melangkah ke panggung dunia juga pupus di ronde kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. 

Mereka finis di peringkat ketiga Grup D dengan 10 poin, tertinggal satu poin dari Kyrgyzstan dan tiga poin dari Oman sang pemuncak grup. Kekalahan tipis ini menutup peluang Malaysia untuk melanjutkan perjuangan.

Di kategori usia muda nasib Malaysia juga tidak lebih baik. Tim U-23 gugur di fase grup Piala Asia U-23, sementara tim U-16 dan U-19 gagal melangkah jauh di kompetisi regional. 

Bahkan, tim U-17 dan U-20 Malaysia tidak lolos ke kualifikasi Piala Asia U-17 dan U-20 2025. Rentetan hasil buruk ini memaksa Malaysia memikirkan ulang strategi pengembangan sepakbola mereka. 

Federasi Sepakbola Malaysia berencana melakukan revolusi besar-besaran dengan mengincar pelatih-pelatih top dunia seperti Carlos Queiroz dan Juergen Klinsmann. 

Mereka juga dikabarkan ingin menggandeng Tim Cahill, legenda sepakbola Australia untuk membantu membangun fondasi sepakbola muda Malaysia.

Sementara Malaysia menghadapi keterpurukan, Timnas Indonesia justru mencuri perhatian dengan ambisi besar yang dipimpin oleh Ketua Umum PSSI, Erick Thohir. Sang Macan Tidur kini sedang berusaha bangkit dan menunjukkan taringnya di kancah Asia.

Indonesia masih memiliki peluang untuk mencetak sejarah dengan lolos ke Piala Dunia 2026. Saat ini, mereka menempati posisi ketiga Grup C dengan raihan enam poin, bersaing ketat dengan Australia (tujuh poin) dan Jepang yang mendominasi dengan 16 poin. 

Empat pertandingan tersisa akan menjadi penentu nasib Indonesia, termasuk laga melawan Australia dan Jepang.

Dalam wawancara dengan Reuters, Erick Thohir menyampaikan visi besar untuk membawa Indonesia menjadi salah satu dari sembilan tim terbaik di Asia. 

"Indonesia harus menjadi tim di posisi 9 besar Asia karena hasrat besar kami terhadap sepakbola. Namun, ini tidak bisa instan, butuh proses," ungkap Erick.

Selain target jangka pendek, Erick juga mencanangkan visi jangka panjang agar Indonesia masuk dalam 50 besar dunia pada tahun 2045. 

Ia optimistis dengan pendapatan per kapita yang diproyeksikan meningkat menjadi 27-30 ribu USD pada tahun tersebut, perkembangan sepakbola Indonesia akan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi negara.

"Kami ingin menjadi negara 50 besar dunia pada 2045, karena di tahun itu pendapatan perkapita negara ini akan di kisaran 27 ribu USD (RP 437 juta) hingga 30 ribu USD (RP 486 juta). Ini adalah negara besar, sehingga di masa depan kualitas sepakbolanya akan meningkat," lanjutnya.

Erick menekankan pentingnya kerja sama dari berbagai sektor, termasuk pemerintah, swasta, dan federasi. 

"Banyak yang menyebut Indonesia sebagai macan tidur. Itulah mengapa kami menciptakan program untuk menjadi lebih baik. Dukungan dari pemerintah dan swasta sangat krusial," tuturnya.

Berita Terkait