https://cafesguilis.com/producto/https://versalitaestudio.com/sobre-nosotros/kadinkabbandung.orghttps://conilplayamar.com/propiedad/https://haveone.it/shop/https://www.jomaportes.com/contacto/https://svemarche.eu/https://www.nativehotels.org/en/https://www.ritchiehill.com/gallery
slot gacor slot gacor resmi https://lpm.uki.ac.id/
1 3 Duel Ikonik Prancis vs Portugal di Piala Eropa, Salah Satunya Bikin Ronaldo Terharu

3 Duel Ikonik Prancis vs Portugal di Piala Eropa, Salah Satunya Bikin Ronaldo Terharu

3 Duel Ikonik Prancis vs Portugal di Piala Eropa, Salah Satunya Bikin Ronaldo Terharu

Para pemain Portugal merayakan gol Eder Lopes ke gawang Prancis di final Euro 2016.-@EderLPSoficial-Twitter

DailySports.ID - Perempat final Euro 2024 akan menjadi panggung rivalitas klasik Portugal vs Prancis. Kedua kubu saling sikut berebut tiket semifinal di Stadion Volkspark, Sabtu (6/7/2024) dini hari WIB. 

Dikatakan begitu karena Prancis dan Portugal seringkali bertemu di laga-laga penting yang menentukan gelar juara Piala Eropa. Sejarah mencatat tiga bentrokan paling ikonik kedua negara di Piala Eropa

1. Semifinal Piala Eropa 1984 (Prancis vs Portugal 3-2) 

Michel Platini merayakan gol kemenangan Prancis atas Portugal di semifinal Euro 1984.
Michel Platini merayakan gol kemenangan Prancis atas Portugal di semifinal Euro 1984.-UEFA-

UEFA mengenang pertandingan semifinal Euro 1984 antara Prancis vs Portugal sebagai duel paling menegangkan sepanjang sejarah Piala Eropa. Kedua tim saling bergantian menyerang dan tak henti berjuang mencari kemenangan hingga detik terakhir.

Prancis unggul terlebih dulu melalui sepakan bebas Jean-Francois Domergue pada menit ke-24. Bek sayap kidal bernomor punggung tiga ini melepaskan tembakan superkeras yang mengarah ke pojok kanan bawah gawang Portugal. 

Memimpin bukan berarti kendor. Prancis terus melancarkan tekanan bertubi-tubi ke jantung pertahanan Portugal, tapi gol tambahan tak kunjung tercipta akibat terbentur kesolidan kuartet bek dan ketangguhan kiper lawan.

Justru Portugal yang mampu menyamakan skor pada menit ke-74 melalui tandukan Rui Jordao. Kedudukan 1-1 bertahan sampai waktu normal habis, sehingga laga mesti berlanjut ke babak ekstra untuk mencari pemenang.

Portugal sempat berbalik unggul ketika Jordao menciptakan gol kedua. Akan tetapi, Prancis sanggup memastikan kemenangan berkat sepasang gol Domergue dan Platini tatkala pertandingan tinggal menyisakan enam menit.

“Duel kontra Portugal adalah rintangan terbesar kami. Beruntung, mentalitas tim begitu kuat dan kami berhasil memenangi laga tanpa harus melakoni babak adu penalti,” ujar Michel Platini seperti dikutip dari situs UEFA.

Bermain ciamik plus mencetak gol kemenangan sejatinya cukup untuk menempatkan Platini sebagai man of the match, tapi ada satu personel Prancis lain yang patut menerima apresiasi lebih dari sang kapten.

Sosok yang dimaksud adalah Joel Bats. Kiper berambut keriting itu sanggup membungkam para peragu berkat penampilan cemerlang dalam pertandingan kontra Portugal, terutama ketika saat kubu lawan berulang kali menggempur gawangnya pada babak ekstra.

Sebelum laga, Bats dipandang sebelah mata karena cuma dianggap pemain pelengkap di skuat timnas Prancis edisi Piala Eropa 1984. Sebagian besar pengamat sepak bola bahkan tega menyebutnya titik lemah generasi emas.

Seolah tak terima dengan sterotipe Si Titik Lemah yang melekat kepadanya, Bats memperlihatkan performa kelas wahid. Dia boleh saja bobol dua kali, tapi sejumlah aksi heroiknya di babak ekstra berguna menyutikkan semangat bertanding bagi rekan setim.

“Saya berterima kasih kepada setiap orang yang telah mendukung saya selama ini. Terbukti kami mampu melenyapkan stigma buruk terkait pos penjaga gawang," imbuh Joel Bats. 

2. Semifinal Piala Eropa 2000 (Prancis vs Portugal 2-1) 

Eksekusi penalti Zinedine Zidane yang berbuah kemenangan Prancis atas Portugal di semifinal Euro 2000.
Eksekusi penalti Zinedine Zidane yang berbuah kemenangan Prancis atas Portugal di semifinal Euro 2000.-UEFA-

Berselang 16 tahun kemudian, Prancis dan Portugal seolah ditakdirkan untuk kembali berjumpa di semifinal Euro 2000. Kedua negara mengusung generasi emasnya masing-masing kala itu. 

Prancis yang berlabel juara Piala Dunia 1998 diperkuat Didier Deschamps, Zinedine Zidane, Thierry Henry, dan David Trezeguet, sedangkan Portugal mengusung Manuel Rui Costa, Nuno Gomes, Abel Xavier, dan Luis Figo. 

Pertandingan berjalan relatif seimbang. Portugal membuka skor terlebih dulu melalui tendangan spektakuler Nuno Gomes dari luar kotak penalti pada menit ke-19, sebelum disamakan Henry enam menit usai turun minum. 

Skor sama kuat 1-1 bertahan hingga bubaran dan memaksakan duel berlanjut ke babak ekstra. Gol kemenangan akhirnya disarangkan oleh Prancis lewat titik putih pada menit ke-117. 

Ceritanya, Prancis mendapatkan peluang emas saat David Trezeguet masuk ke kotak penalti dan berhadapan satu lawan satu dengan kiper Vitor Baia. Dia berupaya menggocek kapten Portugal itu, namun bola masih bisa ditepis. 

Kemudian, bola muntah itu disambar Sylvain Wiltord yang mencoba untuk mengarahkan tendangan ke gawang Portugal dari sudut sempit. Upaya ini sejatinya bisa diblok oleh bek Abel Xavier, tapi apes malah terkena tangannya. 

Tanpa ampun wasit langsung menunjuk titik putih dan menghadiahi Prancis tendangan penalti tiga menit sebelum babak ekstra selesai. Zidane yang melangkah maju sebagai algojo tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. 

Sehingga, Prancis mengunci kemenangan 2-1 lantaran waktu itu masih menggunakan sistem golden goal. Siapa pun tim yang mencetak gol duluan di babak ekstra langsung dinyatakan sebagai pemenangnya. 

Belum selesai di situ. Sejumlah pemain Portugal tampak melancarkan protes keras kepada wasit. Mereka menilai penalti tak seharusnya diberikan karena tangan Abel Xavier dalam kondisi rapat dan tidak menutupi jalur bola. 

"Sungguh keputusan yang sangat tidak adil untuk kami," ujar Abel Xavier menyesalkan hadiah penalti Prancis di babak ekstra semifinal Euro 2000.

Apalagi, penalti diberikan di babak ekstra yang pemenangnya ditentukan sistem golden goal. Imbasnya, Nuno Gomes diganjar kartu merah oleh wasit diusir ke luar lapangan. 

Protes keras Portugal bahkan memaksa UEFA turun tangan melakukan investigasi. Hasilnya, Abel Xavier, Nuno Gomes, dan Paulo Bento dijatuhi hukuman larangan bermain antara 9-24 bulan di kancah internasional. 

Selain itu, UEFA juga memvonis timnas Portugal dengan hukuman denda sebesar 70.000 pound (sekitar Rp109 miliar waktu itu). Sudah kalah, dihukum, masih kena denda pula. Ibarat jatuh tertimpa tangga. 

3. Final Piala Eropa 2016 (Portugal vs Prancis 1-0) 

Aksi striker Eder Lopes dalam pertandingan final Euro 2016 antara Portugal vs Prancis.
Aksi striker Eder Lopes dalam pertandingan final Euro 2016 antara Portugal vs Prancis.-@selecaoportugal-Twitter

Satu lagi duel ikonik Prancis vs Portugal terjadi dalam laga penentuan juara Piala Eropa, yakni final Euro 2016. Posisi Les Bleus berada di atas angin lantaran berstatus tuan rumah serta punya materi pemain kelas wahid. 

Performa Prancis begitu meyakinkan sejak awal turnamen. Mereka melibas lawan-lawannya dengan cukup mudah, termasuk kuda hitam Islandia di perempat final (5-2) dan Jerman di semifinal (2-0). 

Sebaliknya, langkah Portugal lebih tertatih-tatih menuju final. Cristiano Ronaldo dkk. dua kali menjalani babak ekstra 120 menit dan satu di antaranya berlanjut ke adu penalti sebelum melangkah ke partai puncak. 

Di babak 16 besar, Portugal bersusah payah menyingkirkan Kroasia dengan skor tipis 1-0 berkat gol Ricardo Quaresma pada menit ke-117. Kemudian di perempat final harus menjalani adu penalti melawan Polandia usai bermain imbang 1-1 sepanjang 120 menit. 

Beruntung, lima penendang Portugal sukses menjalankan tugas dengan baik di babak tos-tosan dan mengunci kemenangan 5-3. Langkah mereka baru mulus di semifinal saat menjungkalkan Wales dengan skor meyakinkan dua gol tanpa balas. 

Jadilah Portugal menantang Prancis di final Euro 2016. Ronaldo turun sebagai starter seperti biasa, tapi harus ditarik keluar pada pertengahan babak pertama akibat cedera. Dia pun ditandu ke luar lapangan dalam kondisi berlinang air mata. 

Tak bisa membantu rekan setim secara langsung, Ronaldo tidak kehabisan akal mencoba cara lain. Dia lantas aktif menyemangati dan memberikan instruksi layaknya seorang pelatih dari tepi lapangan. 

Sehingga, Portugal seperti memiliki dua orang pelatih, Fernando Santos dan Ronaldo. Hal ini ternyata berdampak kepada semangat juang rekan setim di lapangan yang kian membara, terlebih di babak ekstra usai bermain imbang tanpa gol selama 90 menit.

Klimaksnya, Portugal sukses menyarangkan gol penentu kemenangan melalui tendangan jarak jauh nan spektakuler Eder Lopes pada menit ke-109. Skor 1-0 sudah cukup mengantarkan CR7 ke podium juara untuk mengangkat trofi Euro 2016.

Seorang Cristiano Ronaldo pun tak kuasa menahan kegembiraan usai wasit meniup peluit dan langsung merebahkan dirinya di lapangan. Total dia bermain tujuh kali sepanjang turnamen dan mencetak tiga gol plus tiga assist. 

"Saya sangat bahagia. Gelar ini adalah sesuatu yang sudah saya tunggu-tunggu, paling tidak sejak 2004. Rasanya sungguh menakjubkan dan tak terlupakan," kata Cristiano Ronaldo dikutip dari situs resmi UEFA. 

"Sekali lagi, malam ini adalah momen terindah sepanjang karier saya. Seperti yang selalu saya katakan berulang kali, saya ingin memenangi trofi bersama timnas Portugal dan mengukir sejarah. Hari ini semuanya terwujud," imbuhnya. 

Berita Terkait