https://cafesguilis.com/producto/https://versalitaestudio.com/sobre-nosotros/kadinkabbandung.orghttps://conilplayamar.com/propiedad/https://haveone.it/shop/https://www.jomaportes.com/contacto/https://svemarche.eu/https://www.nativehotels.org/en/https://www.ritchiehill.com/gallery
slot gacor slot gacor resmi https://lpm.uki.ac.id/
1 Perjanjian Bongaya: Isi, Latar Belakang, dan Sejarah Lengkapnya

Perjanjian Bongaya: Isi, Latar Belakang, dan Sejarah Lengkapnya

Perjanjian Bongaya: Isi, Latar Belakang, dan Sejarah Lengkapnya

perjanjian bongaya-grid-

DailySports.ID - Perjanjian Bongaya telah terjadi 357 tahun yang lalu. Kesepakatan ini ditandatangani oleh Sultan Hasanuddin dari pihak Kerajaan Gowa dan sosok Cornelis Speelman dari pihak Belanda. Tidak hanya itu, Arung Palakka juga bergabung sebagai sekutu Belanda.

Total terdapat 30 pasal yang tercantum dalam isi perjanjian yang dilakukan di Bongaya ini. Namun, mayoritas isi perjanjian justru merugikan Kerajaan Gowa. Perjanjian ini juga sering kali disebut sebagai pengakuan kalah yang dilakukan oleh Kerajaan Gowa terhadap VOC. 

Mengenal Perjanjian Bongaya

Sama halnya dengan Perjanjian Renville dan Perjanjian Roem Royen, perjanjian ini juga memiliki latar belakang dan sejarah yang menarik untuk dipahami. Kamu dapat membaca penjelasan berikut untuk memahaminya secara lengkap.

Pengertian Singkat

Perjanjian yang terjadi di Bongaya adalah perjanjian damai yang menandai berakhirnya konflik berkepanjangan antara pihak VOC dengan Kesultanan Gowa. Saat itu, Kesultanan Gowa masih dipimpin oleh Sultan Hasanuddin.

Wilayah Gowa memiliki sumber daya alam yang melimpah. Gowa masuk dalam kategori wilayah yang strategis karena menjadi pusat perdagangan. Perjanjian antara VOC dan Kesultanan Gowa ini ditandatangani pada tanggal 18 November 1667. 

Latar Belakang Perjanjian Bongaya

Latar Belakang Perjanjian Bongaya
Latar Belakang Perjanjian Bongaya-umsu-

Apa yang melatarbelakangi terjadinya perjanjian ini? Ketidakmampuan Kerajaan Gowa dalam menghadapi pasukan Belanda membuat Sultan Hasanuddin harus tunduk kepada pihak Belanda. Meski sangat merugikan Kerajaan Gowa, perjanjian ini tetap disepakati. 

Sultan Hasanuddin terpaksa menyetujui perjanjian tersebut karena Kerajaan Gowa saat itu juga menghadapi perlawanan dari Arung Palakka. Pasukan Belanda memiliki persenjataan yang lengkap dan canggih. Arung Palakka juga menjadi sekutu untuk pasukan Belanda. 

Sejarah Perjanjian Bongaya

Sejarah perjanjian ini tidak dapat dilepaskan dari dendam yang dimiliki Arung Palakka terhadap Kerajaan Gowa Tallo. Sebagai penguasa dari Kerajaan Bone, Arung Palakka pernah melakukan pemberontakan kepada Kerajaan Gowa dengan mengirimkan 10.000 pasukan di tahun 1660.

Sayangnya pemberontakan tersebut gagal meruntuhkan kekuasaan Kerajaan Gowa. Arung Palakka kemudian berusaha mendapat bantuan dari pihak VOC. Pangeran dari Kerajaan Bone ini bergabung menjadi bagian dari tentara VOC. 

Isi Perjanjian yang Ditujukan untuk Arung Palakka

Daftar perjanjian antara Kerajaan Gowa dan VOC memuat 30 pasal yang berkaitan dengan permasalahan ekonomi, politik, dan militer. Isi perjanjian ditujukan untuk beberapa pihak yang menyepakati perjanjian ini. Tidak terkecuali butir-butir yang diperuntukkan untuk Arung Palakka.

1. Wilayah Buton Perlu Dilepaskan dari Gowa

Dengan dilepaskannya wilayah Buton, kekuasaan Kerajaan Gowa di wilayah Sulawesi Selatan menjadi semakin melemah. Hal ini sangat menguntungkan Arung Palakka. Pasalnya, Arung Palakka menentang dominasi Gowa atas Bone dan wilayah lainnya.

Melemahnya kekuasaan Kerajaan Gowa membuka peluang besar bagi Arung Palakka untuk memperluas pengaruhnya di wilayah Sulawesi. Arung Palakka memiliki kesempatan besar untuk menguasai wilayah Buton tanpa adanya ancaman dari Gowa.

2. Beberapa Pulau di Ternate Dibebaskan dari Gowa

Dari hasil perjanjian ini, Sultan Ternate juga berhak menerima kembali wilayah-wilayahnya. Kerajaan Gowa harus mengembalikan ekosistem darat yang dahulunya merupakan milik raja Ternate. Misalnya saja Pulau Sula, Pulau Muna Utara, dan Pulau Selayar. 

3. Daerah yang Dilepaskan Gowa

Berdasarkan hasil Perjanjian Bongaya, Kerajaan Gowa perlu untuk melepaskan Bone dan Luwu dari wilayah kekuasaannya. Tahanan Kerajaan Gowa seperti Raja Soppeng, tanah, dan rakyat harus turut dibebaskan.

Tanah-tanah yang telah dikuasai oleh Gowa dari kerajaan-kerajaan lain harus dikembalikan kepada pemilik aslinya. Termasuk wilayah yang sebelumnya menjadi bagian dari Bone, Luwu, dan kerajaan-kerajaan lain di Sulawesi Selatan.

4. Pelepasan Raja Layu

Raja Layu merupakan salah satu pemimpin lokal yang berasal dari Kerajaan Bangkala. Kerajaan ini tergolong dalam kerajaan kecil yang berada di wilayah Sulawesi Selatan. Sebelumnya, Bangkala berada di bawah pengaruh Gowa.

Gowa diharuskan untuk mengakui kedaulatan Raja Layu atas Bangkala dan melepaskannya dari pengaruh Gowa. Hal ini membuat Bangkala kembali berdiri sebagai kerajaan sendiri tanpa adanya campur tangan dari Gowa.

5. Kepemilikan Negeri yang Dikalahkan Sekutu Arung Palakka

Seluruh wilayah yang ditaklukan oleh Belanda dan Arung Palakka menjadi milik pihak Belanda. Mulai dari wilayah Bulo-Bulo hingga Bungaya. Wilayah tersebut menjadi milik Belanda sebagai bentuk dari hak penaklukan. 

Ketentuan ini menegaskan bahwa wilayah-wilayah tersebut sepenuhnya menjadi milik VOC sebagai hasil dari penaklukan dalam perang melawan Gowa. VOC memiliki kendali penuh atas wilayah-wilayah tersebut, baik dari segi administratif maupun militer.

6. Pelepasan Hak untuk Wajo, Bulo-Bulo, dan Mandar

Salah satu ketentuan dalam perjanjian di Bongaya adalah mengharuskan Gowa untuk meninggalkan Wajo, Bulo-Bulo, dan Mandar. Gowa dilarang untuk memberikan segala bentuk dukungan kepada wilayah-wilayah ini. Kontrol VOC di Sulawesi Selatan semakin menguat.

Isi Perjanjian Bongaya

Selain 6 pasal yang sebelumnya telah dijelaskan, masih ada 6 intisari lain yang tertulis dalam perjanjian yang berlangsung di Bongaya. Mayoritas isi perjanjian sangat menguntungkan pihak VOC dan meruntuhkan kekuasaan dari Kerajaan Gowa. 

1. Pengakuan Monopoli VOC

Makassar diharuskan mengakui hak eksklusif VOC untuk melakukan perdagangan di wilayah tersebut. VOC menjadi satu-satunya pihak yang diizinkan untuk berdagang dengan kapal-kapal asing dan mengendalikan perdagangan. 

Persoalan tidak hanya menimbulkan perubahan ekonomi, tetapi juga dampak perubahan sosial. Penentangan Sultan Hasanuddin terhadap monopoli perdagangan juga tidak dapat dilakukan lagi. Kedaulatan ekonomi Gowa dipaksa bergantung pada kebijakan perdagangan yang ditetapkan oleh VOC.

2. Penyempitan Wilayah Makassar

Akibat perjanjian antara VOC dan Kerajaan Gowa ini, wilayah Makassar menjadi semakin sempit. Makassar hanya memiliki wilayah Gowa saja. Wilayah kekuasaan lain mengalami perpindahan kekuasaan ke tangan VOC. 

3. Kewajiban Membayar Kerugian atas Peperangan

Dalam Perjanjian Bongaya, salah satu ketentuan penting yang tercantum adalah kewajiban Kerajaan Gowa (Makassar) untuk membayar kompensasi yang ditimbulkan selama peperangan. Ganti rugi atas peperangan dibebankan kepada Kerajaan Gowa.

4. Kedudukan Arung Palakka sebagai Raja Bone

Akibat dari perjanjian tersebut, Sultan Hasanuddin diharuskan untuk mengakui kedudukan Arung Palakka sebagai penguasa Kerajaan Bone secara sah. Pengakuan Arung Palakka sebagai Raja Bone membawa perubahan besar dalam tatanan politik di Sulawesi Selatan. 

Dominasi Gowa semakin memudar. Sultan Hasanuddin diwajibkan untuk menghormati dan menerima kepemimpinan Arung Palakka atas Kerajaan Bone. Tujuan inilah yang ingin dicapai oleh Arung Palakka saat berkompromi dengan VOC.

5. Penutupan Wilayah Gowa Kecuali untuk VOC

Saat itu wilayah Gowa banyak didatangi oleh pihak-pihak asing untuk berdagang, seperti Inggris dan Portugis. Gowa harus menutup wilayahnya bagi pedagang asing selain VOC. Hanya pihak VOC yang diizinkan untuk melakukan perdagangan dan beroperasi di wilayah Gowa.

Wilayah ini menjadi perebutan, karena termasuk pusat kepentingan banyak sektor dan dekat pelabuhan. Luasnya perairan yang menjadi alasan mengapa indonesia disebut negara maritim juga melatarbelakangi penutupan tersebut. Dengan begitu, mereka bisa lompat dari satu pulau ke pulau lain.

6. Penghancuran Benteng-Benteng

Upaya menghancurkan benteng-benteng milik Kerajaan Gowa mengakibatkan penurunan kemampuan militer yang dimiliki Kerajaan Gowa. Pertahanan utama dan pusat pengendalian militer mulai hilang. Pengecualian berlaku untuk Benteng Rotterdam karena dianggap penting bagi VOC.

Perjanjian Bongaya yang disepakati pada tahun 1667 membawa banyak kerugian bagi Kerajaan Gowa. Wilayah kekuasaan dari Kerajaan Gowa mulai hilang karena peralihan kekuasaan ke tangan Arung Palakka serta pihak VOC.

Masih ada beberapa perjanjian lain yang tercatat dalam sejarah, kamu dapat mencari tahu informasi terkait Perjanjian Saragosa dan Perjanjian Kalijati untuk menambah wawasan. Perjanjian-perjanjian tersebut merupakan bentuk strategi yang dilakukan untuk memperkuat kekuasaan.

Berita Terkait